Oleh : Ust. Drs. Rik Suhadi, S.Th.I (Pengasuh Pondok Babussalam Socah)
BAKHIL ( البخل )
Bakhil secara bahasa berarti , menahan, mencegah, dan
merupakan lawan dari kemurahan hati,
dermawan dan suka mengeluarkan bantuan.
Dalam bahasa arab kata “bakhil “ sering
juga disebut dengan شح ( syuhhun ), yang berarti sangat pelit atau kikir, tidak
mau melepaskan sebagian haknya kepada orang lain dengan Ikhlas hati.
Sebagaimana dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 128 :
وَالصُّلْحُ
خَيْرٌ وَأُحْضِرَتِ الْأَنْفُسُ الشُّحَّ
…..dan perdamaian itu lebih baik (bagi
mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir…
Bakhil menurut para Ulama
Al-Quthubi mengatakan, bakhil adalah manusia yang
menahan hartanya , tidak memberikan haknya yang wajib, seperti zakat, infak,
dan sedekah fiisabilillah. Adapun menahan harta pada perkara yang tidak wajib
atasnya untuk mengeluarkan zakat, bukanlah kebakhilan.
Ibnu Jarir At-Thabari mengatakan, makan bakhil dalam
ayat ini adalah mereka yang tidak mau membelanjakan hartanya di jalan Allah dan
tidak mau menunaikan zakatnya .
Dalam tafsir Humud,
memberikan contoh bakhil seperti, tidak
mau mengeluarkan zakat, tidak mau peduli atau tidak mau berkoraban disaat orang
lain atau umat membutuhkan ( bantuan ).
Ibnu Abbas
mengatakan, mereka adalah orang orang yahudi, mereka bakhil, yaitu tidak mau
menjelaskan kepada manusia tentang apa saja yang ada dalam Taurat. Juga mereka
menyembunyikan tentang kenabian Muhammad beserta sifat-sifatnya.
Dari uaraian para
ulama tersebut bisa kita tarik kesimpulan bahwa bakhil atau kikir adalah, tidak
adanya kepedulian atau kemurahan hati
untuk melepaskan bagian dari haknya baik berupa harta, tenaga dan
fikirannya untuk fiisabilillah, atau untuk kepentingan kemaslahatan umat. Seperti
bakhil dengan harta, tidak mau mengeluarkan zakat,infaq dan sedekahnya. Bakhil
dengan tenaganya tidak mau menolong orang yang sedang kesulitan yang
membutuhkan bantuan tenaganya, padahal dia mampu menolongnya. Bakhil dengan
ilmu dan pemikirannya, seperti tidak mau berbagi ilmu, padahal dia punya
ilmunya, tidak mau menyampaikan ilmu agama padahal ia ahli agama , pelit untuk memberikan
informasi-informasi penting untuk kemaslahatan umat dansebagainya.
Bakhil Penyebab Kehancuran
karena bakhil ini dapat menyebabkan kecelakaan,
pertumpahan darah, dan menghalalkan yang haram, maka bakhil ini diperintahkan untuk dijauhi. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu’Alaihi
Wasallam :
اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ
ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاتَّقُوا الشُّحَّ فَإِنَّ الشُّحَّ أَهْلَكَ
مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَمَلَهُمْ عَلَى أَنْ سَفَكُوا دِمَاءَهُمْ وَاسْتَحَلُّوا
مَحَارِمَهُمْ
"Hindarilah
kezhaliman, karena kezhaliman itu adalah mendatangkan kegelapan pada hari
kiamat kelak! Jauhilah kekikiran, karena kekikiran itu telah mencelakakan
(menghancurkan) orang-orang sebelum kalian yang menyebabkan mereka menumpahkan
darah dan menghalalkan yang diharamkan." ( HR. Muslim ).
Dalam hadits yang
lain rasulullah bersabda :
إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّمَا
هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالشُّحِّ أَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخِلُوا
وَأَمَرَهُمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا
"Jauhilah sifat pelit, karena sesungguhnya yang
membinasakan orang sebelum kalian adalah sifat pelit. Mereka diperintahkan
untuk bersifat bakhil maka merekapun bersifat bakhil dan mereka diperintahkan
untuk memutuskan hubungan kekerabatan maka merekapun memutuskan hubungan
kekerabatan, dan mereka diperintahkan untuk berbuat dosa maka merekapun berbuat
dosa." ( HR. Abu Daud )
Bahkan para
malaikat selalu mendo’akan kehancuran setiap pagi bagi orang yang bakhil,
sebagaimana sabda rasulullah :
Dari Abu Hurairah
radliallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Tidak
ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun
(datang) dua malaikat kepadanya lalu salah satunya berkata; "Ya Allah
berikanlah pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya", sedangkan yang
satunya lagi berkata; "Ya Allah berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada
orang yang menahan hartanya (bakhil) ". ( HR. Bukhari )
Mendatangkan
Adzab di Akhirat
Tidak hanya dalam
kehidupan dunia saja bakhil ini bisa mendatangkan kehancuran tetapi sifat
bakhil juga berimbas sampai pada kehidupan akhirat. Orang yang bakhil kelak dihari kiamat akan
mendapatkan siksaan yang pedih. Allah berfirman :
وَلَا يَحْسَبَنَّ
الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ
هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلِلَّهِ
مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Sekali-kali
janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka
dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya
kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan
dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala
warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan. ( QS. Ali-Imran : 180
As-Sa’di
mengatakan, ” janganlah orang-orang yang menahan keutaman keutamaan yang telah
Allah karunialkan kepada mereka itu baik berupa harta kekayaan, kemulyaan,
prestasi, kelas tinggi dan sebagainya itu adalah lebih baik bagi mereka, justru
anggapan itu adalah sangatlah buruk bagi agama dan kehidupan dunia mereka.
Kelak
pada hari kiamat harta yang mereka
bakhilkan itu, yang tidak mau
dizakatkan, diinfakkan dan tidak mau disedekahkan di jalan Allah itu akan Allah
kalungkan dilehernya. Mereka akan diadzab dengan hartanya itu ,sebagaimana
hadits :
مَنْ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا، فَلَمْ يُؤَدِّ
زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ مَالُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ لَهُ زَبِيبَتَانِ
يُطَوَّقُهُ يَوْمَ القِيَامَةِ، ثُمَّ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ - يَعْنِي بِشِدْقَيْهِ
- ثُمَّ يَقُولُ أَنَا مَالُكَ أَنَا كَنْزُكَ، ثُمَّ تَلاَ: (لَا يَحْسِبَنَّ الَّذِينَ
يَبْخَلُونَ) " الآيَةَ
"Barangsiapa yang Allah berikan harta
namun tidak mengeluarkan zakatnya maka pada hari qiyamat hartanya itu akan
berubah wujud menjadi seekor ular jantan yang bertanduk dan memiliki dua taring
lalu melilit orang itu pada hari qiyamat lalu ular itu memakannya dengan kedua
rahangnya, yaitu dengan mulutnya seraya berkata,: 'Aku inilah hartamu, akulah
harta simpananmu". Kemudian Beliau membaca firman Allah subhanahu wata'ala
QS Alu 'Imran ayat 180 yang artinya "(Sekali-kali janganlah orang-orang
yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya
menyangka, ……"). (
HR. Bukhari ).
Selalu dieprtemukan dengan kesulitan
Dalam suatu riwayat
dikemukakan bahwa seorang pemilik pohon kurma mempunyai pohon yang mayangnya
menjulur ke rumah tetangganya seorang fakir yang banyak anaknya. Tiap kali
pemilik kurma itu memetik buahnya ia memetiknya dari rumah tetangganya, dan
apabila ada kurma jatuh dan dipungut oleh anak-anak itu, ia segera turun dan
merampasnya dari tangan anak-anak itu, bahkan yang sudah masuk ke mulut
anak-anak itupun dipaksa dirogoh dan dikeluarkannya.
Orang fakir itu mengadukan hal itu kepada Nabi saw. dan
beliau berjanji akan menyelesaikannya. Kemudian Rasulullah saw. bertemu dengan
pemilik kurma itu dan bersabda: "Berikanlah kepadaku pohon kurma yang
mayangnya menjulur ke rumah si Anu, dan bagianmu sebagai gantinya pohon kurma
di surga." Pemilik pohon kurma itu berkata: "Hanya sekian tawaran
tuan?" Aku mempunyai banyak pohon kurma dan pohon kurma yang diminta itu paling
baik buahnya." Pemilik pohon kurma itu pergi. Pembicaraan dengan Nabi saw.
itu terdengar oleh seorang Dermawan yang langsung menghadap kepada Rasulullah
saw. dan berkata: "Apakah tawaran tuan itu berlaku juga bagiku, jika pohon
kurma itu telah menjadai milikku?" Rasulullah menjawab: "Ya."
Maka pergilah orang itu menemui pemilik pohon kurma itu. Pemilik pohon kurma
itu berkata: "Apakah engkau tahu bahwa Muhammad saw. menjanjikan pohon
kurma di surga sebagai ganti pohon kurma yang mayangnya menjulur ke rumah
tetanggaku? Dan bahwa aku telah mencatat tawarannya, akan tetapi buahnya sangat
mengagumkan, padahal aku banyak mempunyai pohon kurma, dan tidak ada satupun
pohon yang selebat itu." Maka berkata orang dermawan itu: "Apakah kau
mau menjualnya." Ia menjawab: "Tidak, kecuali apabila ada orang yang
sanggup memnuhi keinginanku, akan tetapi pasti tidak akan ada yang
sanggup." Dermawan itu berkata lagi: "Berapa yang engkau
inginkan?" Ia berkata: "Aku inginkan empat puluh pohon kurma."
Ia pun terdiam kemudian berkata lagi:
"Engkau minta yang bukan-bukan, baik aku
berikan empat puluh pohon kurma kepadamu, dan aku minta saksi jiengkau benar
mau menukarnya." Ia memanggil sahabat-sahabatnya untuk menyaksikan
penukaran itu.
Dermawan itu pun
menghadap kepada Rasulullah saw. dan berkata: "Ya Rasulullah! Pohon kurma
itu telah menjadi milikku dan akan aku serahkan kepada tuan. " Maka
berangkatlah Rasulullah saw. kepada pemilik yang fakir itu dan bersabda:
"Ambillah pohon kurma ini untukmu dan keluargamu."Maka turunlah ayat
ini (S.92:1-akhir surat), sebagai bentuk pujian bagi dermawan yang iman dan
taqwa, sekaligus sebagai celaan bagi yang bakhil dan tidak iman kepada pahala
terbaik di surga.
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى
() وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى () فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى () وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ
وَاسْتَغْنَى (8) وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى (9) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى () وَمَا
يُغْنِي عَنْهُ مَالُهُ إِذَا تَرَدَّى
“Adapun
orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa dan membenarkan
adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya
jalan yang mudah.
Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup,
( tidak butuh pertolongan Allah ), serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak
Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar”.
Jauh dari Allah
Orang yang kikir hatinya akan jauh dari Allah karena
tidak bisa bertemu dan menyatu dalam
hati seseorang antara keimanan yang kuat dengan sifat kikir dalam dirinya.
Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad Shallallahu “alaihi Wasallam :
لَا يَجْتَمِعُ الشُّحُّ
وَالْإِيمَانُ فِي جَوْفِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ،
“Tidak akan berkumpul antara sifat
pelit dan iman dalam diri seorang muslim." ( HR. Ahmad )
عَنْ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ عَنْ
أَسْمَاءَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ لَيْسَ
لِي مِنْ بَيْتِي إِلَّا مَا أَدْخَلَ عَلَيَّ الزُّبَيْرُ أَفَأُعْطِي قَالَ
نَعَمْ وَلَا تُوكِي فَيُوكَى عَلَيْكِ يَقُولُ لَا تُحْصِي فَيُحْصَى عَلَيْكِ
dari
Abu Mulaikah dari Asma' binti Abu Bakar ia
berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku tidak memiliki sesuatu
kecuali apa yang diberikan oleh Zubair kepadaku, apakah aku harus bersedekah
dengannya?" Nabi menjawab: "Ya, dan janganlah engkau bakhil, maka
Allah akan bakhil kepadamu ( HR. Tirmidzi )
Kebakhilan menutup Pintu Pahala
sebagaimana
Firman Allah :
هَاأَنْتُمْ هَؤُلَاءِ
تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ
فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ
تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ
Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan
(hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir
terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah
orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia
akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu
ini. ( QS. Muhammad : 38 ).
Dalam
tafsir Humud dijelaskan bahwa Allah menyeru orang-orang islam untuk
membelnjakan hartanya dijalan Allah, memberikan hartanya untuk para mujahid
yang berjuang melawan musuh musuhmereka, memberikan sebagian hartanya kepada
orang-orang yang berjuang menolong dan menegakkan agamaNya, tetapi ada diantara
mereka orang yang beriman yang bakhil untuk infak di jalan ini dan tidak mau
berjihad di jalan Allah ini. Maka Siapa yang bakhil maka dia telah mencedrai
dirinya sendiri, krena telah menutup pintu masuknya pahala, menutup pintu
masuknya ridho Allah, Pdahal Allah maha kaya dibanding hamba-hambanya,
sedangkan hamba sangatlah fakir sangat membutuhkan karunia dari Allah .