oleh : Prof. Dr. Maksum Radji, M.Biomed, Apt
(Pembina Yayasan Babussalam Socah)
Assalamu ‘alaikum Warahmatullaahi wa barakatuh.
إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
Sesungguhnya
segala puji hanya milik Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan
kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan
kejelekan amal perbuatan kami, barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak
ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak
ada yang dapat memberinya petunjuk, aku bersaksi bahwasannya tidak ada
sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah, tidak ada sekutu
baginya, dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Pertama,
marilah kita memanjatkan Puja dan Puji Syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya bagi kita semua.
Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi
wasallam yang telah menyampaikan Agama yang sempurna kepada
umat manusia. Semoga kita termasuk kedalam golongan orang-orang selalu
berpegang teguh dengan sunnah beliau hingga ajal menjemput kita.
Suatu
hari Atha As-Salami ra. seorang tabi`in yang mulia, bermaksud menjual
kain yang telah ia tenun kepada penjual kain di pasar. Setelah
diamati dan diteliti secara seksama oleh sang penjual kain, sang penjual kain
mengatakan, “Ya, Atha sesungguhnya kain yang kau tenun ini cukup
bagus, tetapi sayang ada cacatnya sehingga saya tidak dapat membelinya.”
Begitu
mendengar bahwa kain yang telah ditenunnya ada cacat, Atha termenung
lalu menangis. Melihat Atha menangis, sang penjual kain berkata, “Atha
sahabatku, aku mengatakan dangan sebenarnya bahwa memang kainmu ada cacatnya
sehingga aku tidak dapat membelinya, kalaulah karena sebab itu engkau menangis,
maka biarkanlah aku tetap membeli kainmu dan membayarnya dangan
harga yang sesuai.”
Mendengar
tawaran tersebut, Atha’ menjawabnya, “Wahai sahabatku, engkau menyangka aku
menangis disebabkan karena kainku ada cacatnya? Ketahuilah
sesungguhnya yang menyebabkan aku menangis bukan karena kain itu. Aku
menangis disebabkan karena aku menyangka bahwa kain yang telah kubuat
selama berbulan-bulan ini tidak ada cacatnya, tetapi di mata engkau sebagai
ahlinya, ternyata kain itu ada cacatnya. Begitulah aku menangis kepada Alloh
karena aku menyangka bahwa ibadah yang telah aku lakukan selama
bertahun-tahun tiada cacatnya sama sekali, mungkin di mata Allah SWT sebagai
ahli-Nya ada cacatnya, itulah yang menyebabkan aku menangis.”
Jamaah rahimakumullah.
Tidak
semua penghuni neraka adalah orang-orang yang selama di dunia
kegemarannya hanya bermaksiat, pencandu narkoba, korupsi, berzina, dan lain
sebagainya. Ternyata, di antara penghuni neraka itu ada
manusia yang rajin beramal, bahkan sampai keletihan dalam beramal
saking berat dan banyaknya amalannya.
Allah
SWT berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Ghasyiyah 88: Ayat 1-4):
هَلْ اَتٰٮكَ حَدِيْثُ الْغَاشِيَةِ
"Sudahkah sampai kepadamu berita tentang
(hari Kiamat)?"
وُجُوْهٌ يَّوْمَئِذٍ خَاشِعَة
"Pada hari itu banyak
wajah yang tertunduk terhina,”
عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ
"(karena) amalan amalan yang melelahkan,"
تَصْلٰى نَارًا حَامِيَة
"mereka memasuki
api yang sangat panas, menyala nyala (neraka)"
Itulah
gambaran tentang salah satu ahli neraka. Mereka yang rajin beramal
lagi kepayahan, namun memasuki api yang sangat panas
(neraka). (QS. al-Ghasyiyah: 3–4).
Rangkaian
ayat-ayat di awal surah ini bercerita tentang neraka dan para penghuninya.
Ternyata
salah satu penyebab orang dimasukkan ke neraka
adalah amalan yang banyak dan beragam, tapi penuh cacat; baik
motif dan niatnya, maupun kaifiyat (tatacara) yg tidak sesuai dengan sunnah
Rasulullah.
Maasyiral Mukminin rahimakumullah.
Sayyidina
Umar bin Khathab selalu menangis ketika mendengar ayat ini dibacakan.
Ibnu
Katsir dalam tafsirnya menyebutkan satu riwayat dari Abu Imran al-Jauni, bahwa
suatu ketika Umar bin Khatab pernah melewati sebuah
kuil, yang ditinggali seorang rahib nasrani.
Umar
lalu memanggilnya, “Hai, Rahib! Hai, Rahib!” Rahib itu pun menoleh.
Ketika
itu, Umar terus memandangi sang rahib. Dia perhatikan ada banyak bekas ibadah
di tubuhnya. Kemudian tiba-tiba Umar menangis.
Beliau
pun ditanya, “Wahai Amirul Mukminin, apa yang membuat Anda menangis?
Mengapa Anda menangis ketika melihatnya.”
Jawab
Umar, “Aku teringat firman Allah dalam al-Quran, (yang artinya):
‘Rajin beramal lagi kepayahan, namun memasuki
neraka yang sangat panas.’
Itulah yang membuatku menangis.”
Maasyiral Mukminin rahimakumullah
Lalu apa Syarat Ibadah yang Diterima oleh
Allah SWT?
Adapun
syarat ibadah yang diterima oleh Allah SWT. berdasarkan nash
Al-Quran dan Hadits, syarat ibadah/amal yang diterima Allah SWT
yaitu
1. Iman,
2. Ikhlas
3. Ibadah yang dilakukan sesuai
dengan ilmunya, dan
4. Sesuai dengan sunnah
Rasulullah Saw.
1. Iman.
Sudah
selayaknya kita bersyukur, Allah jadikan kita menjadi orang mukmin, karena iman
adalah salah satu syarat bagi kita agar ibadah kita diterima oleh
Allah.
2. Ikhlas.
Ibadah
harus dilakukan secara ikhlas. Ibadah dilakukan dengan kesadaran sendiri
dan ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji ataupun
karena dipaksa.
Allah
berfirman:
"Padahal mereka tidak diperintahkan
melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadah kepada-Nya, lagi
tetap teguh di atas tauhid; dan supaya mereka mendirikan shalat serta
memberi zakat. Dan yang demikian itulah
Agama yang benar" (QS.
Al-Bayyinah:5).
“Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Pemelihara alam semesta.“ (QS. Al-An‘âm: 162).
Nabi
bersabda:
"Allah tidak
menerima amalan kecuali dikerjakan dengan ikhlas dan hanya
mencari ridla-Nya."
(HR.
Al-Nasâ`i).
Niat yang ikhlas
semata, belumlah cukup untuk membuat amal kita diterima. Semangat, bukan
modal utama agar amal kita diterima. Karena kita juga dituntut untuk
benar dalam tata caranya.
3. Ibadah yang dilakukan harus disertai
ilmunya.
Allah
berfirman:
"Dan janganlah kamu mengikuti
apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya" (QS.
Al-Israa':36).
Umar
bin Khattab pernah mengatakan: "Siapa yang beribadah tanpa disertai
ilmunya, maka ibadahnya tertolak dan tidak diterima."
Jika ibadah dilakukan tanpa disertai pengetahuan tentang ilmunya,
maka ibadah tersebut bisa salah dalam tata cara serta tidak dipenuhi
syarat dan rukunnya.
Mu’adz
bin Jabal mengatakan, “Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu
berada di belakang
setelah
adanya ilmu.”
4. Sesuai dengan sunnah Rasulullah Saw.
Tata
cara ibadah harus sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Ibadah yang dilakukan
harus sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah Saw dan para sahabat.
Nabi
bersabda: “Shalatlah kalian sebagaimana
kalian melihat aku shalat.”(HR. Al-Bukhari).
“Barangsiapa yang mengadakan sesuatu
dalam perkara kami ini yang tidak ada tuntunan (Islam) di dalamnya
maka ditolak.”(Muttafaq
'alayh).
“Sesungguhnya sebaik-baik berita adalah
Kitabullah (Al-Qur’an), dan sebaik-baik bimbingan, adalah bimbingan Muhammad,
sedang sejelek-jelek perkara adalah mengada-ada padanya, dan setiap bid`ah
(penyimpangan dengan mengada-ada) adalah sesat.”(HR. Muslim, Ibn Majah, Ahmad & Darimi).
Demikianlah syarat Ibadah yang diterima oleh Allah SWT. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya pada kita semua, sehingga kita bisa melaksanakannya dengan benar dan istiqomah.
Amin
yaa Rabbal Aalamiin.
Wabillahit
taufiq wal hidayah.
Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarokaatuh.
**(Disarikan
dari berbagai sumber)
0 comments:
Post a Comment