Oleh : Prof. Dr. Maksum Radji, M.Biomed, Apt.
(Pembina Yayasan Babussalam Socah)
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarokaatuh.
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ. اما بعـد
Jamaah
Rahimakumullah
Sedekah adalah pemberian seorang Muslim kepada orang
lain dengan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Sedekah lebih
luas dari sekadar zakat maupun infak. Karena sedekah tidak hanya berarti
mengeluarkan atau menyumbangkan harta. Namun sedekah mencakup segala amal atau
perbuatan baik.
Allah SWT berfirman:
وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا
رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ
رَبِّ لَوْلَاۤ اَخَّرْتَنِيْۤ اِلٰۤى اَجَلٍ قَرِيْبٍ ۙ فَاَصَّدَّقَ
وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ
"Dan
infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian
datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), Ya
Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi,
maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh."
(QS. Al-Munafiqun 63: Ayat 10).
Dalam ayat yang lain Allah
berfirman dalam Surat An-Nisa Ayat 114,
لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ
أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَنْ
يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا
عَظِيمًا
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan
bisik-bisikan mereka, kecuali (bisik-bisikan) orang yang menyuruh bersedekah,
atau berbuat kebaikan, atau mendamaikan di antara manusia. Dan siapa yang
berbuat demikian dengan maksud mencari keridhoan Allah, tentulah Kami akan
memberi kepadanya pahala yang amat besar." (QS. An-Nisa Ayat 114).
Allah Ta’ala berfirman bahwa kesempurnaan bersedekah
sengan sesuatu yang kita sayangi dalam Surat Ali-Imran Ayat 92,
"Kamu tidak sekali-kali akan dapat mencapai
(hakikat) kebajikan dan kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu dermakan
sebagian dari apa yang kamu sayangi. Dan sesuatu apa juga yang kamu dermakan
maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (QS. Ali-Imran Ayat 92).
Sedangkan pahala
bagi orang yang bersedekah tercantum dalam Surat Al-Baqarah ayat 261,
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah maha luas (karunia-Nya)
lagi maha mengetahui." (QS. Al-Baqarah ayat 261).
Allah Ta’ala menjanjikan kemudahan bagi orang yang
gemar beresedekah dalam keadaan sulit. Allah berfrman dalam Surat At-Thalaq Ayat
7,
"Dan orang yang disempitkan rezekinya
hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak
memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan
kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan." (QS. At-Thalaq Ayat 7).
Allah Ta’ala juga
berfirman dalam Al Qur’an Surat Saba’ 39,
قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ
مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ ۚ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ
يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya Rabb-ku
melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan
menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya).” Dan barang apa saja yang kamu
nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang
sebaik-baiknya” (QS. Saba’: 39).
Adapun hadist-hadist Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam ,
tentang tuntunan bersedekah ini banyak sekali, beberapa diantaranya
adalah:
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ
فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ
مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
“Ketika hamba berada di setiap pagi, ada dua
malaikat yang turun dan berdoa, “Ya Allah berikanlah ganti pada yang gemar
berinfak (rajin memberi nafkah pada keluarga).” Malaikat yang lain berdoa, “Ya
Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan bersedekah (memberi nafkah).”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits qudsi dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ
اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ
“Allah Tabaraka wa Ta’ala: Wahai anak Adam,
berinfaklah, Allah akan mengganti infakmu.” (HR. Bukhari no. 4684 dan Muslim
no. 993).
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَنْ أَبِـيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ :
قَالَ رَسُوْلُ اللّٰـهِ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ سُلَامَـى
مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ :
تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِـيْ دَابَّتِهِ
فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا ، أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ ،
وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ ،
وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَـمْشِيْهَا إِلَـى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ ، وَتُـمِيْطُ اْلأَذَىٰ عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ. (رَوَاهُ الْـبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)
وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَـمْشِيْهَا إِلَـى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ ، وَتُـمِيْطُ اْلأَذَىٰ عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ. (رَوَاهُ الْـبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)
“Setiap
persendian manusia wajib bersedekah pada setiap hari di mana matahari terbit di
dalamnya: engkau berlaku adil kepada dua orang (yang bertikai/berselisih) adalah
sedekah, engkau membantu seseorang menaikannya ke atasnya hewan tunggangannya
atau engkau menaikkan barang bawaannya ke atas hewan tunggangannya adalah
sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang engkau jalankan
menuju (ke masjid) untuk shalat adalah sedekah, dan engkau menyingkirkan
gangguan dari jalan adalah sedekah.”
(HR.
al-Bukhâri dan Muslim).
Maasyiral
Mukminin rahimakumullah
Jenis
sedekah yang paling utama
1.
Sedekah Jariyah
Sedekah jariyah adalah sedekah yang diniatkan untuk
kebaikan. Nantinya kebaikan itu masih terus dirasakan hingga orang yang bersedekah
tersebut meninggal dunia. Misalnya sedekah dalam pembangunan masjid, saluran
air, dan sebagainya.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا
مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ
صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika manusia itu mati, maka akan putus amalannya
kecuali dari tiga perkara: [1] sedekah jariyah, [2] ilmu yang diambil
manfaatnya, [3] anak sholih yang mendo’akan orang tuanya.” (HR. Muslim no.
1631).
2. Sedekah yang sembunyi-sembunyi
2. Sedekah yang sembunyi-sembunyi
Kita dianjurkan untuk tidak pamer (riya) dengan
semua bentuk ibadah yang kita lakukan, terutama sedekah.
Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah Ayat 262:
الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللهِ
ثُمَّ لاَ يَتْبِعُونَ مَآأَنفَقُوا مَنًّا وَلآَ أَذًى لَّهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ
رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya
di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu
dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si
penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Rabb mereka. Tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS.
2:262).
Selain itu, Allah Ta’ala juga melarang orang untuk memamerkan
amalan sedekahnya.
Allah berfirman, dalam Surat Al-Baqarah Ayat 264,
Allah berfirman, dalam Surat Al-Baqarah Ayat 264,
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ
وَاْلأَذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَآءَ النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ
بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابُ
فَأَصَابَهُ وَابِلُ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَىْءٍ مِّمَّا
كَسَبُوا وَاللهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ
الْكَافِرِينَ
الْكَافِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu jadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS. Al-Baqarah Ayat 264).
3.
Sedekah ketika kondisi masih sehat
Bersedekah dalam kondisi sehat lebih utama daripada
berwasiat ketika sudah menjelang ajal, atau ketika sudah sakit parah dan sulit
diharapkan kesembuhannya.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ada seorang
laki-laki yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,
“Wahai Rasulullah, sedekah apa yang paling utama?” Beliau menjawab:
أَنْ
تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ ، تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى ،
وَلاَ تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ قُلْتَ : لِفُلاَنٍ كَذَا ،
وَلِفُلاَنٍ كَذَا ، وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ .
“Engkau bersedekah dalam kondisi sehat dan berat
mengeluarkannya, dalam kondisi kamu khawatir miskin dan mengharap kaya. Maka
janganlah kamu tunda, sehingga ruh sampai di tenggorokan, ketika itu kamu
mengatakan, “Untuk fulan sekian, untuk fulan sekian, dan untuk fulan sekian.”
Padahal telah menjadi milik si fulan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4.
Sedekah kepada kerabat
Disebutkan bahwa Abu Thalhah radhiyallahu
‘anhu memiliki kebun kurma yang sangat indah dan sangat dia cintai,
namanya Bairuha’. Ketika turun ayat:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada
kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu
cintai.” (QS. Ali Imran: 92)
Maka Abu Thalhah mendatangi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan mengatakan bahwa Bairuha’ diserahkan kepada
Beliau, untuk dimanfaatkan sesuai kehendak Beliau. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menyarankan agar ia membagikan bairuha’ kepada
kerabatnya. Maka Abu Thalhah melakukan apa yang disarankan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dan membagikannya untuk kerabat dan keponakannya.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda:
اَلصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِيْنِ
صَدَقَةٌ وَ هِيَ عَلَى ذِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ : صَدَقَةٌ وَ صِلَةٌ
“Bersedekah kepada orang miskin adalah satu
sedekah, dan kepada kerabat ada dua (kebaikan); sedekah dan silaturrahim.”
(HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan Hakim).
Maasyiral
Mukminin rahimakumullah
Keutamaan sedekah
Beberapa keutamaan bagi seseorang bersedekah lillah (karena
Allah subhanahu wa ta’ala), antara lain adalah:
1 Sedekah
itu akan memadamkan murka Allah subhanahu wa ta’ala
Allah murka karena dosa dan maksiat-maksiat yang
kita lakukan. Sehingga membuat Allah murka kepada kita. Maka murka Allah subhanahu
wa ta’ala ini salah satunya dapat kita padamkan dengan bersedekah.
Allah akan menahan murkaNya atas manusia apabila mereka rajin bersedekah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan dalam sebuah
hadits yang dinyatakan shahih oleh Al-Albani,
إن
صَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ
“Sesungguhnya sedekah yang dikeluarkan
secara rahasia dapat memadamkan kemarahan Allah subhanahu wa ta’ala” (HR.
Tabrani).
2.
Sedekah Dapat Menghapus Dosa.
Sedekah termasuk salah satu amalan yang dapat
menghapus kesalahan-kesalahan dan dosa. Tentunya yang terhapus adalah dosa-dosa kecil, bukan dosa-dosa besar.
Dosa besar tidak ada jalan lain untuk menghapusnya selain bertaubat. Adapun
amal-amal shalih yang dia lakukan itu mempercepat terhapusnya dosa-dosa itu
setelah taubat. Dosa-dosa kecil ini mungkin bisa terhapus dengan kita melakukan
kebaikan-kebaikan, diantaranya adalah sedekah. Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengatakan:
وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ
الْمَاءُ النَّارَ
“Sedekah
akan menghapus dosa sebagaimana air dapat mematikan api” (HR. Ibnu Majah).
3.
Sedekah tidak mengurangi harta
Harta orang yang rajin bersedekah dengan ikhlas akan
menjadi berkah. Allah akan menggantinya dengan bentuk rezeki yang lain. Bisa
berupa kesehatan, keselamatan yang juga merupakan rezeki yang terkadang kita
tidak memandangnya sebagai sebuah rezeki dari Allah. Allah subhanahu
wa ta’ala mengajak kita untuk
memberikan pinjaman kepada Allah.
مَّن
ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّـهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا
كَثِيرَةً ۚ وَاللَّـهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah,
pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan
meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan
Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah[2]: 245)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Harta tidak akan berkurang dengan
sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah tambahkan kewibawaan
baginya.” (HR. Muslim).
4. Allah melipatgandakan pahala orang yang bersedekah.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا
اللَّهَ قَرْضاً حَسَناً يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang
bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka;
dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadid:
18).
Allah Ta’ala juga berfirman yang artinya:
“Perumpamaan orang-orang yang
mendermakan (shodaqoh) harta bendanya di jalan Allah, seperti (orang yang
menanam) sebutir biji yang menumbuhkan tujuh untai dan tiap-tiap untai terdapat
seratus biji dan Allah melipat gandakan (balasan) kepada orang yang
dikehendaki, dan Allah Maha Luas (anugrah-Nya) lagi Maha Mengetahui“.
(QS. Al-Baqoroh: 261)
(QS. Al-Baqoroh: 261)
5.
Orang yang bersedekah akan mendapatkan
naungan di hari akhir.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan
tentang 7 golongan manusia yang mendapat naungan di suatu hari yang ketika itu
tidak ada naungan lain selain dari Allah, yaitu hari akhir. Salah satu jenis
manusia yang mendapatkannya adalah:
“Seorang yang bersedekah dengan tangan
kanannya, ia menyembunyikan amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR.
Bukhari).
6. Orang yang bersedekah akan dikumpulkan di dalam
surga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Sesungguhnya di surga terdapat
ruangan-ruangan yang bagian luarnya dapat dilihat dari dalam dan bagian
dalamnya dapat dilihat dari luar. Allah menganugerahkannya kepada orang yang
berkata baik, bersedekah, berpuasa, dan shalat dikala kebanyakan manusia tidur.”
(HR. At Tirmidzi, Ibnu Hibban, Hadits hasan menurut Al Albani).
7.
Boleh iri kepada orang yang dermawan
Iri atau hasad adalah akhlak yang tercela, namun iri
kepada orang yang suka bersedekah, ingin menyaingi kedermawanannya, adalah
akhlak yang terpuji.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak boleh hasad kecuali pada dua orang:
seseorang yang diberikan harta oleh Allah, kemudia ia belanjakan di jalan yang
haq, dan seseorang yang diberikan oleh Allah ilmu dan ia mengamalkannya dan
mengajarkannya” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Maasyiral
Mukminin rahimakumullah
Demikianlah kajian tentang bersedekah. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya pada kita semua, sehingga kita bisa melaksanakannya dengan benar dan istiqomah.
Amin yaa Rabbal
Aalamiin.
Wabillahit
taufiq wal hidayah.
Wassalamualaikum
warahmatullahi wabarokaatuh.
**(Disarikan dari berbagai sumber)
0 comments:
Post a Comment