Oleh : Ust. Drs. Rik Suhadi, S.Th.I (Pengasuh Pondok Babussalam Socah)
SUM’AH
Sebagaimana penyakit riya’ , sum’ah ini juga tergolong
penyakit yang bisa menjadikan amal – amal yang dilakukan akan lenyap tanpa bekas dan manfaat. Dan sum’ah ini juga termasuk pada dosa syirik
kecil. Secara definisi antara riya’ dan sum’ah ini maksud yang dikandung hampir
sama.
Riya’ menuntut orang lain untuk bisa melihat amal-amal
sahalih yang dilakukannya, sehingga apa yang dilkukannya diniatkan agar orang
lain melihat dan memuji nkebaikan-kebaikan
yag dilakukannya. Sebagai misal, ada seseorang yang sholatnya diperbagus dan
diperpanjang bila dilihat oleh orang lain, agar orang lain menilai khusyuk shalat yang dilakukannya . Namun
disaat tidak ada orang lain yang sedang memperhatikannya , maka sholatnya
asal-asalan.
Sedangkan sum’ah menuntut orang lain bisa mendengar
amal-amal yang dia lakukannya , sehingga orang yang sum’ah ini berupaya
memperdengarkan kebaikan atau kebagusan amalnya agar mendapatkan tempat dihati
manusia. Seperti , membaca Al-Qur’an dengan niat dperdengarkan kebagusan
suaranya untuk manusia, ceramah-ceramah yang disampaikan yang memukau pendengar
dengan niat untuk selain Allah.
Kedua-duanya antara riya’ dan sum’ah secara lahiriyah
amalan yang dilakukan adalah karena Allah,
namun dalam batinnya sesungguhnya
dia mengingikan datangnya pujiadan sanjungan dari manusia.
Dalam kitab Fathul Bari, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani
ada mengetengahkan pendapat Izzudin bin Abdussalam yang membedakan antara riya
dan sum’ah. Bahwa riya adalah sikap seseorang yang beramal bukan untuk Allah;
sedangkan sum’ah adalah sikap seseorang yang menyembunyikan amalnya untuk
Allah, namun ia bicarakan hal tersebut kepada manusia.
Sehingga, menurut beliau, semua riya itu termasuk perbuatan tercela. Sedangkan sum’ah, bisa jadi termasuk amal terpuji jika ia melakukannya karena Allah dan untuk memperoleh ridha-Nya, dan tercela jika dia membicarakan amalnya di hadapan manusia.
Sehingga, menurut beliau, semua riya itu termasuk perbuatan tercela. Sedangkan sum’ah, bisa jadi termasuk amal terpuji jika ia melakukannya karena Allah dan untuk memperoleh ridha-Nya, dan tercela jika dia membicarakan amalnya di hadapan manusia.
Diera super canggih seperti sekarang ini dimana
fasilitas fasilatas untuk berinteraksi social semakin mutakhir maka penyakit
sum’ah dan riya’ ini semakin meluas jangakauannya. Penyakit penyakit ini
membonceng apasaja yang bisa dikendarai dengan cepat, terutama dia bisa terbang cepat melauli
medsos, seperti, Watsap, twiter, IG, Facebook,
dansebagainya, orang bisa berbuat riya’ dan sum’ah dengan sangat leluasa
melauli media media ini, sehingga
sangat berbahaya karena bisa memberikan daftar panjang dalam melakukan dosa dan
kemaksiatan yang terus mengalir..( dosa Jariyah ).
Sum’ah melenyapkan Pahala
Dalam Al-Qur’an Allah telah memperingatkan tentang
sum’ah dan riya ini:
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ
مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia…” ( QS. Albaqoroh : 264 ).
Rasulullah Saw juga memperingatkan dalam haditsnya,
Rasulullah Saw juga memperingatkan dalam haditsnya,
وَمَنْ قَامَ بِرَجُلٍ مَقَامَ
سُمْعَةٍ، فَإِنَّ اللَّهَ يَقُومُ بِهِ مَقَامَ سُمْعَةٍ وَرِيَاءٍ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
“Siapa yang
berlaku sum’ah maka akan diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah dan siapa yang
berlaku riya maka akan dibalas dengan riya.” (HR. Bukhari)
Diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah maksudnya
adalah, diumumkan aib-aibnya di akhirat. Sedangkan dibalas dengan riya, artinya
diperlihatkan pahala amalnya, namun tidak diberi pahala kepadanya.
Amal Kebikan yang dilakukan Sia-sia
Setiap amal sholih yang dilakukan yang didalamnya
terdapat sum’ah dan riya’ akan menjadi sia-sia, tiadak bermanfaat kelak di mahkamah Allah Subhanahu Wata’ala.
Orang yang berperang dijalan Allah dan hanya berharap wajah Allah dan pahala
dari-Nya saja maka setiap gerak aktifitasnya menuai pahala. Sebaliknya orang
yang berperang dengan tujuan agar dilihat
sebagai pemberani dan supaya kesohor terdengar ditelinga manusia maka kelak dia kembali dengan tanpa membawa
manfaat . Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :
Dari Mu'adz bin
Jabal dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda:
"Perang ada dua, adapun orang yang mengharapkan wajah Allah dan mentaati
pemimpin serta menafkahkan hartanya yang berharga serta menjauhi kerusakan
maka tidur dan terjaganya seluruhnya adalah pahala, adapun orang yang
berperang agar dilihat dan didengar orang serta mendurhakai pemimpin dan
membuat kerusakan di muka bumi maka sesungguhnya ia tidak kembali membawa
manfaat."
( HR. Nasai )
Mendatangkan
Siksaan
Rukuk dan
sujudnya oarang-orang yang riya’ ketika di dunia menjadikannya kelak pada
harikiamat disaat akan sujud kepada Allah punggungnya bisa dirunduk-kan . Sebagaimana Sabda Rasulullah :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
يَكْشِفُ رَبُّنَا عَنْ سَاقِهِ فَيَسْجُدُ لَهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ وَمُؤْمِنَةٍ
فَيَبْقَى كُلُّ مَنْ كَانَ يَسْجُدُ فِي الدُّنْيَا رِيَاءً وَسُمْعَةً
فَيَذْهَبُ لِيَسْجُدَ فَيَعُودُ ظَهْرُهُ طَبَقًا وَاحِدًا
Dari Abu Sa'id
radliallahu 'anhu ia berkata; Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Rabb kita menampakkan betisnya, maka sujudlah setiap orang
mukmin dan mukminah, sehingga yang tersisa hanyalah orang-orang yang ketika
di dunia ia sujud karena riya` dan sum'ah. Mereka mencoba untuk sujud, namun
punggung mereka kembali tegak." ( HR. Bukhari
).
Penceramah
masuk neraka
Seorang penceramah, khotib, juru
penyampai, yang sangat fasih mengunakan kalimat -kalimat memukau di hadapan
jam’ahnya kalau tidak hati-hati dan meluruskan niatnya , akan terjebak kepada
penyakit sum’ah ini. Inilah penyakit yang sering nempel secara samar dihati para
juru penyampai .
Rasulullah
bersabda :
مَنْ قَامَ يَخْطُبُ لَا يَلْتَمِسُ
بِهَا إِلَّا رِيَاءً وَسُمْعَةً أَوْقَفَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ مَوْقِفَ رِيَاءٍ وَسُمْعَةٍ
"Barangsiapa yang
berbicara dengan tujuan untuk riya dan sum'ah (diperdengarkan kepada orang
lain-pent) niscaya Allah Azzawajalla akan menempatkan dia di tempat
orang-orang yang riya dan sum'ah (neraka, pent). ( HR. Ahmad ).
Rugi
dalam Timbangan
Sum’ah dan riya’ bisa terdapat pada
Kuda atau kendaraan yang dimiliki seseorang, jika kepemilikannya diniatkan fiisabilillah,
dan di infakkan di jalan Allah, semata-mata hanya mencari ridha Allah maka
keberadaan-nya ada pada jaminan Allah dan terhitung sebagai pahala dalam
timbangan Allah. Sebaliknya siapa yang menambatkan kuda atau kendaraannya
karena riya’ dan sum’ah maka akan merugi dalam timbangan akhiratnya. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa menambatkan tali kekang
kuda di jalan Allah, dan menginfakkannya semata-mata mencari ridla-Nya, maka
kenyangnya, rasa laparnya, anginnya, rasa dahaganya, kencingnya, dan
kotorannya berada dalam timbangan-Nya pada hari Kiamat. Dan barangsiapa
menambatkan kudanya karena riya' dan sum'ah (ingin didengar orang lain) maka
hal itu akan menjadikan ia rugi dalam timbangan-Nya pada hari Kiamat." ( HR. Ahmad ).
Dipermalukan oleh
Allah
Membaca al-Qur’an, dzikir atau bacaan bacaan yang digunakan untuk ibadah
dengan tujuan agar didengar orang lain
sehingga mendatangkan sanjungan dan pujuian dari manusia , maka akan
dipermalukan oleh Allah . Allah beri dia ganjaran dengan membuatnya tersohor
dan membeberkan aibnya serta menampakkan apa yang ada dalam bathinnya. sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallahu
“alaihi Wasallam :
مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ
اللَّهُ بِهِ، وَمَنْ يُرَائِي يُرَائِي اللَّهُ بِهِ
“Barang siapa menampakkan
amalannya agar didengar orang lain, niscaya Allah beberkan aibnya pada hari
kiamat, dan siapa yang menampakkan amalannya agar dilihat ( lalu dipuji )
orang, niscaya Allah akan mempermalukannya pada hari kiamat” ( HR.
Bukhari ).
Menurut Syeh Al-Utsaimin, tidak ada
batasan apakah di dunia atau diakherat saja, karena itu bisa jadi Allah akan
membeberkannya di dunia, sehingga orang banyak mengetahui aibnya. Bisa pula
juga nanti di akhirat dan inilah yang lebih berat.
مَا مِنْ عَبْدٍ
يَقُومُ فِي الدُّنْيَا مَقَامَ سُمْعَةٍ وَرِيَاءٍ إِلَّا سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ
عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Tidak ada seorang hamba yang
berdiri di dunia diatas pijakan sum’ah dan riya’ kecuali Allah akan
mempermalukannya dengan memperlihatkan niat busuknya pada hari kiamat
dihadapan makhluk-makhluk-Nya. ( HR. Thobroni ) Hadits hasan.
Memposisikan
diri pada posisi orang lain
Barang siapa menempatkan diri pada
posisi orang lain dengan rasa sum’ah dan riya’ , misalnya ada seseorang yang
memiliki sifat-sifat yang terpuji, karena ketaqwaannya, kemulyaannya,
kemasyhurannya, atau karena pengaruhnya yang luas, lantas dimanfaatkan
sebagai wasilah untuk mendapatkan pujian dan pengaruh keduniaan dengan
menyebut-nyebut atau meng-atas-namakan kedudukannya maka akan Allah tempatkan
dia pada posisi orang-orang yang sum’ah dan riya’. Sebagaimana Sabda
Rasulullah :
من قام برجل مسلم
مقام سمعه فإن الله يقوم به مقام سمعة يوم القيامة
“Barang siapa
memposisikan diri pada posisi orang lain karena sum’ah dan riya’, maka pada
hari kiamat Allah akan menempatkannya pada posisi orang-orang yang sum’ah dan
riya’”. ( HR. Abu Daud ).
Sabda
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :
"Barangsiapa mengambil
sesuap makanan dari seorang Muslim (dengan zhalim), maka Allah 'azza wajalla
akan memberinya makanan yang semisal dari neraka Jahanam. Dan barangsiapa
mengambil pakaian seorang Muslim (dengan zhalim) meski hanya sepotong, maka
Allah 'azza wajalla akan memakaikan pakaian yang semisal kepadanya dari
pakaian neraka Jahanam. Dan barangsiapa memposisikan seorang Muslim pada
posisi sum'ah (agar ia didengar orang lain), maka Allah 'azza wajalla akan
menyiksanya kelak pada hari kiamat (dan mengumumkannya bahwa ia adalah
seorang pendusta)." (HR. Ahmad).
|
0 comments:
Post a Comment